KONSEP BELAJAR KONSTRUKTIVISME
1)
Pandangan Konstruktivisme tentang Belajar
Salah
satu pandangan tidak
begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswalah yang harus
aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Secara
filosifis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan
sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Oleh karena itu. Slavin (2009)
mengatakan bahwa proses belajar dan pembelajaran siswa harus siswa harus
terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di
kelas.
2)
Akar Sejarah Konstruktivisme
Revolusi konstruktivisme mempunyai sejarah akar yang kuat
dalam sejarah pendidikan. Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak
terlepas dari usaha keras Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan
bahwa perubahan kognitif ke arah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang
sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang
diterima melalui proses ketidakseimbangan(dis equilibrium)
3) Belajar Konstruktivisme Jean Piaget
Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan
dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing- masing mempunyai makna
yang berbeda-beda. Dalam adaptasi ini Piaget mengemukakan
empat konsep dasar (Jamaris, 2010: 211) yaitu Skemata, asimilasi, akomodasi, dan
keseimbangan. Pertama,
skemata. Manusia selalu berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya,Kedua, asimilasi. Asimilasi merupakan
proses kognitif dan penyerapan pengalaman baru ketika seseorang memadukan
stimulus atau persepsi ke dalam skemata atau perilaku yang sudah ada. Ketiga,
akomodasi. Akomodasi adalah suatu proses struktur kognitif yang berlangsung
sesuai dengan pengelaman baru. Keempat, keseimbangan (equilibrium).
4) Konsep Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Salah
satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah adanya
interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Menurut Vygorsky (Slavin, 2009: 6-7)
belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting . Pertama.
Belajar merupakan proses secara biologis sebagai proses dasa. Kedua, proses
secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan
dengan lingkungan sosial budaya.
Vygorsky
percaya bahwa belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan zone proximal, yaitu suatu
tingkat yang dicapai oleh seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial.
Zone ini juga dapat diartikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan
sesuatu sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa.
Menurut
Vygotsky, pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan kognitif telah melahirkan konsep perkembangan kognitif.
Vygotsky membagi perkembangan kognitif yang didasarkan pada
perkembangan bahasa menjadi empat tahap (Jamaris, 2010:212-213) yaitu preintellectual speech, naive psychology dan egocentric speech, dan inner speech Preintelectual speech yaitu tahap awal dalam perkembangan
kognitif ketika manusia baru lahir, yang ditunjukkan dengan adanya proses dasar
secara biologis (menangis mengoceh, dan gerakan-gerakan tubuh seperti
menghentakkan kaki, menggoyangkan tangan) yang secara perlahan-lahanberkembang
menjadi bentuk yang lebih sempurna seperti
berbicara dan berperilaku.
Naive psychology, yaitu tahap kedua
dari perkembangan bahasa ketika
seorang anak `mengeksplore' atau menggali objek-objek konkret dalam dunia
mereka.
Egocentricspeech, Tahap ini terjadi pada
anak usia 3 tahun. Inner speech. Tahap
ini memberikan fungsi yang penting dalam
mengarahkan perilaku seseorang.
Ide dasar lain dari teori belajar, Scaffolding adalah
memberikan dukungan dan bantuan kepada seorang anak yang sedang pada awal
belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut
setelah anak mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar