Jumat, 01 Februari 2013

KONSTRUKTIVISME


KONSEP BELAJAR KONSTRUKTIVISME

1) Pandangan Konstruktivisme tentang Belajar
Salah satu pandangan tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswalah yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Secara filosifis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Oleh karena itu. Slavin (2009) mengatakan bahwa proses belajar dan pembelajaran siswa harus siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas.


2) Akar Sejarah Konstruktivisme
Revolusi konstruktivisme mempunyai sejarah akar yang kuat dalam sejarah pendidikan. Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha keras Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa perubahan kognitif ke arah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses ketidakseimbangan(dis equilibrium)

3) Belajar Konstruktivisme Jean Piaget
Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing- masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Dalam adaptasi ini Piaget mengemukakan empat konsep dasar (Jamaris, 2010: 211) yaitu Skemata, asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Pertama, skemata. Manusia selalu berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya,Kedua, asimilasi. Asimilasi merupakan proses kognitif dan penyerapan pengalaman baru ketika seseorang memadukan stimulus atau persepsi ke dalam skemata atau perilaku yang sudah ada. Ketiga, akomodasi. Akomodasi adalah suatu proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai dengan pengelaman baru. Keempat, keseimbangan (equilibrium).
  
4) Konsep Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Menurut Vygorsky (Slavin, 2009: 6-7) belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting . Pertama. Belajar merupakan proses secara biologis sebagai proses dasa. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya.
Vygorsky percaya bahwa belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan zone proximal, yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial. Zone ini juga dapat diartikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa.
Menurut Vygotsky, pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan kognitif telah melahirkan konsep perkembangan kognitif. Vygotsky membagi perkembangan kognitif yang didasarkan pada perkembangan bahasa menjadi empat tahap (Jamaris, 2010:212-213) yaitu preintellectual speech, naive psychology dan egocentric speech, dan inner speech Preintelectual speech yaitu tahap awal dalam perkembangan kognitif ketika manusia baru lahir, yang ditunjukkan dengan adanya proses dasar secara biologis (menangis mengoceh, dan gerakan-gerakan tubuh seperti menghentakkan kaki, menggoyangkan tangan) yang secara perlahan-lahanberkembang menjadi bentuk yang lebih sempurna seperti berbicara dan berperilaku.
Naive psychology, yaitu tahap kedua dari perkembangan bahasa ketika seorang anak `mengeksplore' atau menggali objek-objek konkret dalam dunia mereka.
Egocentricspeech, Tahap ini terjadi pada anak usia 3 tahun. Inner speech. Tahap ini memberikan fungsi yang penting dalam mengarahkan perilaku seseorang.
Ide dasar lain dari teori belajar, Scaffolding adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada seorang anak yang sedang pada awal belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar